Senin, 16 September 2013

Selera dong!

Menulis itu bukan hanya sekedar baik, bagus, buruk, cacat, atau tak layak baca. tulisan itu tak bisa dinilai baik atau buruk. Sisanya, yang saya tau menulis itu tentang SELERA, Sob. Selera kamu dalam hal mengungkapkan perasaan, selera kamu dalam berpendapat, dan lagi masalah selera kamu untuk mengekspresikan perasaan terdalammu --yang biasanya-- sering berbuah sebuah kontroversi hati :P.

Suatu ketika saya diminta menulis satu rubrik dalam majalaha muslim yang diterbitkan komunitas kami. Saya yang --saat itu-- masih nglambrang dalam hal tulis menulis, diminta berpartner dengan seorang senior dalam hal 'mengatur kata' itu. Oke, saya terima. Singkatnya, setelah berdiskusi dengan Sang Partner, kami --lebih tepatnya dia-- meminta menggunakan gaya tulisan futuristik. Jedhaaar! ape lagi nii futuristik, sedangkan yang konvensional aja guweh kaga ngarti -____- . Dengan wajah yang -sok tau- saya manut sahaja :D asal saya dikasih contoh tulisannya. Oke kami sepakat.

Dan yang terjadi, sesuai dengan prediksi, bahwa kognitif memang satu hal yang tidak bisa bebohong. Bahwa kecerdasan itu tidak bisa dipaksakan untuk disamakan. Layaknya prediksi cuaca, benar adanya ---- TULISAN SAYA SALAH KAPRAH (katanya) >.< tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dituliskan. Wah! Dimana letak kesalahan saya? saat membaca contohnya, saya berfikir, tulisan yang futuristik itu tulisan yang mengalir begitu saja alurnya, dengan bahasa yang sederhana sesuai kronologi kejadian, setting waktu, setting tempat dan pada kondisi sebenarnya. Itu sih menurut saya sehingga saya tulis alurnya dengan santai dan gaya bahasa yang santai pula.

Kecewanya adalah 'sang partner' tidak membimbing saya ke jalan yang benar. Bahkan sama sekali tidak memberi tahu saya dimana letak kesalahannya sampai saat majalah itu terbit. Namun, betapa kecewanya saya setelah membaca rubrik yang kami tulis bersama, dan saya dapati tulisan saya dipotong 90%. It was painful to a cooperation team! tanpa konfirmasi apapun. Ketika akhirnya saya konfirmasi, jawabannya adalah: "Tulisanmu tidak bagus, tidak nyambung jadi aku potong." #Tears

dalih saya, tulisan kan tidak bisa dinilai bagus atau tidak. sekali lagi, tulisan itu masalah selera. Dan yang menjadi pembelajaran bagi saya adalah:
1. Ketika kita ber-partner dengan orang lain, diskusikanlah masalah apapun yang sekiranya itu menyangkut permasalah terkait tim.
2. Membuat keputusan sendiri dalam sebuah tim, sangat tidak dibenarkan.
3. Lagi-lagi, kita harus bisa memahami orang lain. Tentunya, kalau tidak bisa memahami, jangan pernah sekali-kali menyimpulkan atas sikap orang lain..

Wallahu'ala bishowab

Kamis, 12 September 2013

KASUS MICKEY MENGGUNAKAN TEORI JUNG: Analisis Kasus Psikologi Kepribadian

PERMASALAHAN
Penyakit tak selalu bisa disembuhkan dengan obat. Adakalanya orang memerlukan suntikan semangat hidup seperti teman saya
Ketika saya belajar di fakultas kedokteran, lebih dari empat puluh tahun yang lalu, seorang kawan saya yang bernama Mickey masuk rumah sakit karena menderita influenza yang cukup parah. Hampir saja ia meninggal karena penyakitnya itu.
Sedikit demi sedikit ia mulai sembuh. Keadaannya tidak lagi kritis, tetapi kesehatannya belum pulih benar.
Bersama dengan seorang kawan, saya menengoknya di rumah sakit. Keadaannya sungguh menyedihkan. Dulu tubuhnya besar dan kuat penuh semangat, namun kini ia pucat, badannya kurus dan masih tampak sangat menderita. Matanya sayu, seolah hidup telah lenyap dari tubuhnya. Jika orang menatap wajahnya, orang akan merasa bahwa Mickey begitu iri melihat kesehatan orang lain. Saya merasa tidak tega untuk berbicara dengannya di samping tempat tidurnya. Kawan-kawannya bergantian menjenguknya.
Pada suatu hari di depan pintu kamarnya yang tertutup terlihat sebaris tulisan: NO VISITORS (tidak menerima tamu). Kami menjadi khawatir dibuatnya. Kami tidak mengerti apa sebabnya. Jiwanya tidak dalam bahaya.
Ternyata Mickey yang telah menyuruh dokter untuk memasang tulisan itu. Kunjungan teman-teman dan keluarga tidak membuatnya bahagia
Kemudian Mickey mengaku bagaimana perasaan hatinya selama saat-saat itu. Ia begitu tertekan oleh kemunduran fisiknya dan dalam dirinya tumbuh penolakan hidup dan penolakan terhadap semua orang. Ia merasa muak kepada setiap orang atau apa saja. Ia juga merasa bahwa kami adalah manusia-manusia yang tak berharga atau manusia-manusia sinting. Tak seorang pun bisa meloloskan diri dari kecamannya (walau pun kecaman itu tidak ia lontarkan). Ia hanya ingin agar semua orang meninggalkannya seorang diri.
Hari-hari itu adalah hari-hari tanpa kebahagiaan bagi Mickey. Untung saja ada perawat yang memahami keadaannya dan mencoba mengangkatnya dari penderitaan.
Suatu hari setelah dengan susah payah berhasil membuka pembicaraan dengannya, perawat itu bercerita bahwa ada seorang pasien wanita yang perasaannya begitu menderita. Mickey dapat membangkitkan semangat gadis itu asal saja ia mau menulis surat cinta untuknya.
Mickey mau. Ia menulis sepucuk surat, lalu dua dan seterusnya. Dalam  satu suratnya Mickey berpura-pura pernah melihat gadis itu dan sejak itu ia selalu memikirkannya. Setelah mereka berdua sembuh dari sakit masing-masing, tulisnya, barangkali mereka dapat berjalan-jalan berduaan di taman.
Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari itu, Mickey merasa ada kebahagiaan yang menyembul dari hatinya manakala ia menulis surat-surat, dan kesehatannya mulai membaik. Telah banyak surat ditulisnya dan ia pun penuh semangat berjalan-jalan di kamarnya. Akhirnya ia diperbolehkan keluar dari rumah sakit.
Sebelum keluar Mickey ingin bertemu dengan gadis yang disuratinya selama ini. Begitu besar kebahagiaan yang timbul di hatinya, karena dapat mencurahkan segenap perasaan cintanya yang mendalam kepada gadis itu. Secercah sinar cinta membayang di wajahnya manakala pikiran melayang memikirkan gadis pujaannya.
Suatu kali Mickey bertanya kepada perawatnya, apakah ia boleh menengok gadis itu di kamarnya. Perawat itu mengijinkannya dan ia pun menunjukkan nomor kamar tempat gadis itu dirawat, nomor 414. Namun, tak dijumpainya nomor itu. Apalagi gadis yang menjadi pujaannya itu.
Akhirnya terbukalah hati Mickey. Perawat itu telah melakukan yang terbaik bagi diri Mickey untuk membangkitkan semangat hidupnya. Demi melihat kemurungannya serta merasakan kecaman dan kebenciannya kepada semua orang, perawat itu menyadari bahwa untuk memulihkan penyakitnya, ternyata Mickey memerlukan adanya kebahagiaan dalam hatinya.
Ia mengetahui apa yang diperlukan Mickey untuk mendapatkan kebahagiaannya kembali. Ia memberi kesempatan kepada Mickey untuk memberi sesuatu kepada seseorang yang pantas ia beri, yaitu sesama pasien, sesama penderita. Kepada Mickey lantas ia ceritakan gadis khayalan itu dan …….
Mickey meninggalkan rumah sakit dengan bekal kesadaran akan kesia-siaan kebencian yang ia lampiaskan kepada setiap orang dan ia sadar bahwa kebahagiaan didapatkan dengan memberi sesuatu kepada orang lain.
Mickey menceritakan pengalamannya itu kepada kami, karena kini ia merasa kami telah menjadi teman-temannya kembali. Sinar matanya berseri-seri, kedua pipinya merona karena kini ia tahu bagaimana melepaskan diri dari dunia yang gulita, yang timbul karena kesuraman hati yang membebani dirinya, untuk kembali menuju dunia yang penuh cahaya di mana manusia bisa mendapatkan kebahagiaannya.

Disadur dari terjemahan Creative Living for Today’
karya: Maxwell Maltz




ANALISIS

Dalam teorinya, Jung memperhatikan adanya individual differences dengan dibedakan berdasarkan fungsi-fungsi psikisnya (ada tipe pikir, rasa, pengindra, dan intuitif) dan sikap jiwanya (ekstrovert/introvert).  Seorang manusia yang sehat secara psikologis adalah manusia yang mampu menyeimbangkan sisi ekstrovert dan introvert dalam dirinya. Dalam kasus ini, mickey adalah seorang yang tidak seimbang yang pada mulanya lebih menonjolkan sisi ekstrovertnya.
Mickey awalnya ekstrovert, ia mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal, tampak dari tubuhnya yang besar dan penuh semangat. kemudian tiba-tiba suatu ketika ia jatuh sakit, lalu ia pun menjadi sosok yang introvert. Hal ini tampak dari perilakunya yang kemudian menjauhi semua orang, sisi introvert-nya ini pun mencapai puncak dimana pada saat itu ia mengalami kemunduran fisik yang signifikan dan oleh karenanya hal itu mempengaruhi kondisi psikisnya sehingga mulai timbul penolakan hidup dan penolakan terhadap semua orang. Suatu sikap yang mengarahkan orang ke dunia dalam atau dunia subjektif. Dengan perlakuannya yang mengurung diri dan tidak mau dijenguk oleh teman maupun keluarganya, dia menganggap orang-orang tidak berharga terlebih mengganggap mereka sinting, dia hanya ingin hidupnya seorang diri. Hal tersebut muncul akibat dari rasa ketidak berdayaannya dalam mengatasi rasa sakit yang tak kunjung sembuh.Sedangkan fungsi psikologis Mickey yang paling menonjol adalah fungsi perasaan, seperti halnya pada kasus tersebut Mickey mengaku bahwa ia tertekan dengan kemunduran fisiknya sehingga timbul perasaan penolakan terhadap orang lain.
Awalnya Mickey hanya menggunakan ego, ia hanya memikirkan tentang rasa sakit yang ada pada dirinya dan menutup semua ruang untuk orang lain, namun setelah perawat yang menanganinya mulai membangkitkan semangatnya tentang gadis yang menderita penyakit lebih parah darinya memerlukan dukungan, Mickey mulai menggunakan sisi ketidaksadaran dirinya dengan merepresi atau mengabaikan rasa sakitnya sehingga timbul jiwa ekstrovert-nya untuk menjalin relasi dengan orang lain meskipun hanya dalam sepucuk surat. Dengan apa yang telah dilakukan oleh sang perawat, pelan-pelan Mickey dapat membuka dan mengaktualkan dirinya sehingga rasa sakit yang dideritanyapun terkalahkan.

Dalam diri Mickey, tedapat anima (sisi feminine). Ia memberikan kelembutan dan kasih saying dalam surat cintanya. Timbul rasa kebahagiaan pada diri Mickey. Perlahan ia melupakan tekanan yang ia rasakan akibat kondisi fisiknya. Menurut Jung, anima tidak selalu tampak dalam mimpi sebagai sosok perempuan, melainkan bias dipresentasikan oleh suatu perasaaan atau suasana hati. Anima atau sisi feminine pada Mickey ternyata dapat memicu psikisnya untuk bangkit juga dengan ditulisnya surat cinta pada seorang gadis yang ia tau bahwa gadis itu menderita penyakit yang lebih parah darinya. Bisa dikatakan bahwa mimpi Mickey sebagai seorang introvert cenderung bersifat ekstravert, artinya dia sebagai orang yang tertekan akan penyakitnya masih menginginkan bersosialisasi dengan orang lain meskipun hanya dalam mimpi atau angan belaka. Seperti tertulis dalam suratnya bahwa ia akan mengajak gadis pujaannya berjalan-jalan di taman, padahal sebelumnya ia adalah orang yang menganggap orang lain itu tidak berharga. 

Minggu, 08 September 2013

This Too, Will Pass..


Tidak ada aku akan mengingkari bahwa waktu ini begitu cepat berlalu
Tidak ada aku ingin tahu apa yang akan terjadi nanti
Tidak ada aku ingin melihat diriku di masa depan
karena aku yakin, NANTI pasti akan ada waktunya
Tanpa kita harus mencari tahu atau ingin tahu
Kita persiapkan saja perbekalannya

Sebentar saja aku ingin berkisah,
Apakah kau ingat saat dulu aku bercerita padamu
Tentang bermacam pilihan hidupku?
Tentang apa dan mengapa?
Tentang siapa dan kapan?

dan yang pasti kau ingat,
Saat kuingatkan kata "habiskan masa mudamu, saat ini dan bersiaplah."
Itu yang kumaksudkan, Kawan
Agar tak ada lagi penyesalan di belakang,
Agar tak ada lagi kata "semua ini belum selesai"
Ayolah kawan.. kita harus berpindah dan lanjutkan! 

~ dedikasi Puisi untuk sahabat Hati

Senin, 17 Juni 2013

PSIKOLOGI ISLAM: ANAKKU ‘SUNGGUH’ KARUNIA TERBESAR

“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum: 30). 

Ayat tersebut menyebutkan bahwa manusia diciptakan menurut fitrahnya dan diperintahkan agar tetap menjaga fitrahnya tersebut. Ayat ini kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam Hadist Rasulullah SAW yang berbunyi sebagai berikut: “Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, maka hanya kedua orangtuanya lah yang akan menjadikannya seorang Yahudi, seorang Nasrani, atau seorang Majusi”. (Hadist riwayat Bukhari, Juz 1, hlm 1292)
Banyak orang tua dan guru yang berusaha untuk mengadopsi ungkapan-ungkapan populer tanpa memahami makna dan filosofi di balik ungkapan tersebut. “Reward & punishment” seolah dianggap sebagai resep yang jitu untuk mendidik anak, padahal dalam sejarahnya prinsip tersebut telah banyak menimbulkan masalah. “Reward & punishment” adalah strategi motivasi yang diterapkan pada awal abad 20 terhadap pekerja pabrik-pabrik baru yang berkembang pesat sejak revolusi industri di Eropa. Menurut konsep ini buruh dianggap sebagai komponen dari mesin ekonomi yang harus dikelola demi kelancaran proses produksi, dan mereka dianggap sebagai “makhluk” yang haus uang dan takut hukuman, karena pada masa itu latar belakang pendidikan mereka rata-rata rendah. Konsep ini sering diasosiasikan dengan istilah lain yaitu “stick and carrot” yang lazim digunakan dalam dunia binatang seperti pacuan kuda atau balap anjing. “Stick” adalah tongkat yang dibawa oleh sang penunggang kuda untuk memukul agar sang kuda memacu larinya, sedang “carrot” adalah iming-iming yang biasanya digantungkan di depan kepala sang kuda agar dikejar.
Bagaimana bisa mereka menggunakan konsep yang serupa terhadap binatang dan manusia? Karena menurut pemikiran Barat Sekuler, manusia adalah binatang juga. Mereka menyebut manusia sebagai “human animal”. Namun, Anak bukanlah buruh apalagi binatang pacuan!  Lalu bagaimana cara mendidik anak yang paling baik? “Anakmu bukanlah anakmu! Mereka adalah putra-putri kehidupan yang merindu!”, demikian kata Khalil Gibran. Apakah maksudnya itu? Sebagai muslim kita semestinya mengacu kepada Al Qur’an untuk menjawab pertanyaan tersebut. Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan hakekat seorang manusia.
Siapakah Anak Kita?

“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An Nahl: 78)

Oleh karena itu, maka inti dari parenting adalah mengingatkan, menyampaikan kebenaran, mendidik dengan kesabaran dan kasih sayang.
1. Mengingatkan
Mengingatkan adalah kata kunci atau prinsip pertama dalam pendidikan anak atau “parenting”. Artinya, pendidikan bukanlah “memaksakan”, ataupun “mengarahkan”, yang sering dimaknai dengan mengarahkan sesuai keinginan orang tua atau keinginan masyarakat. Pendidikan anak atau “parenting” juga bukan dalam rangka “mencetak” pribadi-pribadi anak yang sesuai dengan keinginan orang tua maupun masyarakat, karena “cetakan” tersebut akan ketinggalan jaman begitu anak tumbuh dewasa. Pada intinya yang perlu kita lakukan pada anak atau anak didik adalah sesuatu yang tidak temporer. Yang kita harus lakukan pada anak atau anak didik adalah mengingatkan mereka untuk berpegang pada sesuatu yang abadi dan universal, yaitu Kebenaran.
Sesuatu yang menyeret pada kelalaian itu biasanya sekedar mode, karena banyak orang melakukannya, namun hanya dalam kurun waktu tertentu. Termasuk di dalamnya adalah gaya hidup masyarakat yang berubah-ubah, atau kebijakan pemerintah yang berubah-ubah dalam bidang pendidikan. Pendidikan maupun parenting pada prinsipnya adalah melindungi anak dari berbagai macam ancaman dunia yang akan menyeret mereka ke jalan yang sesat. Seperti halnya para Nabi dan Rasul yang bertugas untuk meluruskan kembali umatnya yang melenceng dari jalan yang lurus. Jalan yang lurus itu adalah jalan yang sederhana, namun sifatnya abadi dan universal. Itulah jalan kebenaran. Oleh arena itu kita perlu memahami apakah kebenaran itu.
2. Kebenaran
Sebagai muslim kita sudah sangat mengenal doktrin-doktrin tentang kebenaran, yaitu Al Qur’an dan Hadist. Untuk memahami strategi mendidik yang mengarah pada Kebenaran tersebut, kita perlu ingat bahwa ada tiga “instrument” untuk belajar yang sudah dikaruniakan Allah pada semua manusia, yaitu: pendengaran, penglihatan, dan hati. Artinya dalam mendidik anak, kita harus selalu “menyuapi” pendengaran, penglihatan, dan hati mereka dengan kebenaran.
 Pendengaran adalah instrumen untuk menangkap kata-kata. Sebagai orang tua atau guru kita harus menjaga kata-kata kita karena kata-kata itu akan mempengaruhi jiwa anak atau anak didik kita. Katakanlah yang benar meskipun itu pahit. Berkata-katalah dengan bijak dan lemah lembut, karena melalui pendengaran anak-anak akan belajar tentang sekelilingnya, dan akhlak mereka akan terbentuk. Sedangkan penglihatan adalah instrumen yang akan menangkap perilaku dan peristiwa yang terjadi di sekeliling mereka. Anak-anak akan menirukan apa yang mereka lihat. Oleh karena itu berperilakulah yang benar, bertindaklah sedemikian rupa agar Anda dapat menjadi teladan bagi anak-anak Anda. Hati adalah instrumen untuk menangkap cinta. Ketika kita salah bicara atau membuat kesalahan dalam berperilaku, berkomunikasilah dengan hati. Jagalah hati kita untuk tetap mencintai anak kita, Jangan sampai kekesalan dan kemarahan kita menumbuhkan benci dalam hati kita. Cinta akan memancar dari hati kita dan akan dirasakan oleh hati anak kita. Cinta adalah komunikasi dari hati ke hati tanpa perlu kata-kata dan tanpa harus ditunjuk-tunjukkan dengan perbuatan yang tidak wajar atau berlebihan.
Ingat bahwa putus asa adalah dosa, dan Allah bersama orang-orang yang sabar. Sabar adalah prinsip ke tiga dalam mendidik anak. Dalam Al Qur’an surat Al Anfal ayat 28, Allah mengingatkan “bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”.
Mungkin kita merasa kemampuan kita terbatas dan sudah tidak mampu lagi untuk menyampaikan kebenaran pada anak kita. Dalam situasi yang seolah sudah di luar batas kemampuan kita tersebut kita harus ingat bahwa Allah akan menolong kita jika kita bersabar. 
3. Kesabaran
Sabar adalah suatu pilihan sikap sekaligus perilaku yang mengandung muatan emosi yang kuat. Sedangkan Emosi harus dikendalikan dengan keimanan. Untuk dapat betul-betul bersabar kita harus memiliki keimanan. Keimanan bahwa Allah Maha Bijaksana dan Allah akan memberikan jalan keluar terbaik bagi permasalahan kita. Dalam kaitannya dengan pendidikan anak, kita harus yakin bahwa anak kita, hati anak kita, ada dalam genggaman Allah, dan Allah akan menunjukkan jalan yang benar. Ada beberapa orangtua yang merasa tak berdaya untuk “mengendalikan” anaknya kemudian bersikap masa bodoh lalu seolah memutuskan hubungan orantua-anak. Kadang mungkin dengan ungkapan “sudah saya ikhlaskan dia di jalan yang sesat”. Sikap-sikap yang bernada putus asa tersebut adalah indikasi dari hilangnya kesabaran. Hilangnya kesabaran berarti kegagalan dalam mengemban tugas sebagai pembimbing dan penjaga anak yang sudah diamanahkan pada kita.
 Sabar juga berlawanan dengan tergesa-gesa. Kadang dalam mendidik anak kita ingin serba cepat; cepat pintar, cepat lulus, cepat besar, cepat mandiri, cepat sukses, dan lain sebagainya. Dalam ketergesa-gesaan tersebut sering, sengaja atau tidak, kita memaksakan kehendak kita terhadap anak. Kadang kehendak kita tersebut dilakukan demi memenuhi “tuntutan zaman”. “Tuntutan zaman” sesungguhnya adalah salah satu bentuk mode atau gaya hidup saja. Biasanya ketika kita tergesa-gesa untuk mengikuti tuntutan zaman, kita akan mengalami kekecewaan di kemudian hari karena tuntutan zaman tersebut akan selalu berubah. Keterjebakan kita dalam memaksakan kehendak pada anak-anak untuk mengikuti tuntutan zaman menyebabkan kita lupa pada hakekat pendidikan anak, yaitu menjaganya agar tetap pada fitrahnya yang suci. Anak menjadi bahan eksploitasi untuk kepentingan orangtua, demi nama baik orangtua, agar dapat dibangga-banggakan di depan umum. Anak diperlakukan layaknya seperti “investasi” untuk menjamin kehidupan orangtua di masa depan. Jika hal ini terjadi maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang jiwanya kering dari kasih sayang. Padahal ketika hati menjadi keras, kepandaian dan kesuksesan tidak akan bermanfaat, tapi justru akan menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Oleh karena itu, untuk memperkuat kesabaran kita, selalu mengingatkan anak-anak kita dengan kasih sayang, atau kelembutan hati dan perlakuan.
4. Kasih Sayang
Kasih sayang adalah ketulusan kita dalam mendidik anak demi kebaikan anak itu sendiri. Kasih sayang adalah keridhoan kita mengemban amanah yang diberikan Allah. Anak adalah amanah, titipan, bukan hak milik. Mengingatkan dengan kasih sayang artinya tidak ada kepentingan pribadi orangtua terhadap perilaku anaknya. Ketika kita mendidik anak dengan kasih sayang artinya tidak ada sakit hati yang disebabkan oleh perilaku anak, apapun perilaku tersebut. Kasih sayang juga berarti bahwa orang tua sudah memaafkan dan selalu memaafkan kelakuan sang anak, dan tidak pernah menolak ketika anak kembali. Dengan adanya kasih sayang, hati orangtua terbuka lebar, bagi anak-anaknya. Dengan kasih sayang anak akan memiliki “trust” yang kuat, dan mereka akan tabah dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Pribadi yang kuat adalah yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kasih sayang. Kasih sayang memiliki kekuatan terapeutik terhadap hati anak-anak yang mungkin telah tersesat dan tergoda oleh tipuan kehidupan dunia. Waallahu’alam. Semoga bermanfaat.

Sumber: Islamic Psychology Learning Forum Psikologi UGM oleh Dr. Bagus Riyono MA. 

Rabu, 24 April 2013

Kembali (ingin) menulis

nampaknyaa.. ini blog ke 3 yang pernah saya buat. bolg pertama dulu saya launching sekitar tahun 2010 dengan nama eposidedita.blogspot.com dan pada suatu saat saya tida bisa membuka blog saya sendiri. tidak tau kenapa, tiba-tiba saja saya tidak bisa mengaksesnya. Kemudian saya bikin lagi blog kedua, pakek multiply.. lhaa kok ya ndilalah saya lupa password -____-
and then, saya tidak pernah lagi akses blog semenjak itu..

daaann... baru kali ini saa punya blog lagi. Dengan nama ditasme.blogspot.com

harapan sederhana, semoga saya bisa terus menulis di sini dan tidak lupa password lagii.. 6____^